
Harold Lasswell.
Harold
Dwight Lasswell dilahirkan di Donnellson, Illinois, ia merupakan anak dari
seorang pendeta Presbiterian dan guru sekolah, yang terlahir pada 13 Februari
1902. Ia belajar di Universitas Chicago pada umur 16 tahun dan lulus pada 1922.
Ia menerima gelar doktor dari institusi yang sama pada tahun 1926, disertasinya,
Teknik Propaganda dalam Perang Dunia (1927) diakui sebagai studi terkemuka pada
bidang teori komunikasi. Di Chicago, ia belajar di bawah Charles Merriam, yang
pertama kali mengemukakan pemahaman perilaku politik. Dia juga belajar di
Universitas London, Jenewa, Paris, dan Berlin. Di Berlin ia belajar bersama
Sigmund Freud, dengan pendekatan psikologis untuk ilmu politik. Teori-teori
komunikasi massa yang berelasi dengan hasil kebudayaan (theories of cultural
outcomes) banyak tumbuh dan berkembang dalam kajian komunikasi massa yang ada
di Amerika Serikat. Secara garis besar teori-teori yang ada di ranah ini dibagi
menjadi dua bagian yaitu yang berfokus pada hasil-hasil kebudayaan umum dan
yang berfokus pada pengaruh terhadap inidividu. Untuk mengawalinya, kita akan
masuk dari dari kajian mengenai model dan fungsi komunikasi massa yang
dikemukakan oleh Harold Laswell. Selama ini teori media berkonsentrasi pada
bagaimana media bekerja dan pengaruh media terhadap khalayak. Dasar dari
perspektif ini adalah pendekatan fungsionalis yang memfokuskan pada sistem
komunikasi massa, cara kerja sistem komunikasi massa, dan apa yang dilakukan
oleh komunikasi massa. Salah seorang teoritisi yang mengungkapkan teori yang
paling terkenal dan paling awal dalam kajian ini adalah Harold Lasswell. Dalam
sebuah artikel klasik yang ditulisnya pada tahun 1948 yang berjudul The
Structure and Function of Communication in Society, Lasswell menyajikan suatu
model komunikasi yang berbentuk sederhana.
Model ini sering diajarkan kepada mahasiswa
yang baru belajar ilmu komunikasi. Menurut Lasswell komunikasi dapat
didefinisikan sebagai :
Siapa (who)
Siapa (who)
Bicara apa (says what)
Pada saluran mana (in which channel)
Kepada siapa (to whom)
Dengan
pengaruh apa (with what effect)
Model
yang diutarakan Lasswell ini secara jelas mengelompokkan elemen-elemen mendasar
dari komunikasi ke dalam lima elemen yang tidak bisa dihilangkan salah satunya
(Laswell dalam Littlejohn, 1996:334). Model yang dikembangkan oleh Laswell ini
sangat populer di kalangan ilmuan komunikasi, dan kebanyakan mahasiswa
komunikasi ketika pertama kali belajar ilmu komunikasi, akan diperkenalkan
dengan model di atas. Sumbangan pemikiran Lasswel dalam kajian teori komunikasi
massa adalah identifikasi yang dilakukannya terhadap tiga fungsi dari
komunikasi massa. Pertama adalah kemampuan kemampuan media massa memberikan
informasi yang berkaitan dengan lingkungan di sekitar kita, yang dinamakannya
sebagai surveillance. Kedua, adalah kemampuan media massa memberikan berbagai
pilihan dan alternatif dalam penyelesaian masalah yang dihadapi masyarakat,
yang dinamakanya sebagai fungsi correlation. Ketiga adalah fungsi media massa
dalam mensosialisasikan nilai-nilai tertentu kepada masyarakat, yang dalam
terminologi Laswell dinamakan sebagai transmission (Shoemaker dan Resse, 1991 :
28-29). Dalam perkembangannya, Charles Wright menambahkan fungsi keempat yaitu
entertainment, di mana komunikasi massa dipercaya dapat memberi pemenuhan
hiburan bagi para konsumen dengan dikontrol oleh para produsen (Shoemaker dan
Resse, 1991 : 28). Model Lasswell telah menjadi model komunikasi massa yang
melegenda dalam kajian teori komunikasi massa. Maksudnya model Laswell telah
banyak digunakan sebagai kerangka analisis dalam kajian komunikasi massa.
Karakteristik model Laswell adalah kemampuannya mencatat bagian-bagian yang
membentuk sistem komunikasi massa dan serempak pula dapat menggambarkan
hasil-hasil yang hendak dicapai oleh komunikasi massa melalui ketiga fungsi
yang telah dijelaskan di atas. Sejak awal buku ini, banyak fungsi dari
komunikasi massa yang telah singgung. Agar lebih jelas kita akan melihat pada
beberapa di antara fungsi komunikasi massa secara lebih mendalam melalui
berbagai teori dalam pembahasan berikut. Kita mengawalinya dari bagian tentang
teori mengenai difusi informasi dan pengaruh. Difusi Informasi dan Pengaruh
Riset yang melahirkan teori difusi dan pengaruh dilakukan pada tahun 1940 oleh Paul Lazarsfeld terhadap masyarakat kota New York. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lazarsfeld menunjukan bahwa pengaruh yang ditimbulkan oleh komunikasi massa dipengaruhi juga oleh faktor lain yaitu oleh komunikasi antar personal. Lazarsfeld menamainya sebagai two-step flow hipotesis.
Riset yang melahirkan teori difusi dan pengaruh dilakukan pada tahun 1940 oleh Paul Lazarsfeld terhadap masyarakat kota New York. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lazarsfeld menunjukan bahwa pengaruh yang ditimbulkan oleh komunikasi massa dipengaruhi juga oleh faktor lain yaitu oleh komunikasi antar personal. Lazarsfeld menamainya sebagai two-step flow hipotesis.

Claude Shannon
Shannon lahir tahun 1916 di kota kecil Petosky, Michigan. Sejak kecil Shannon telah dikenalkan ayahnya pada benda-benda elekotronika, seperti radio. Shannon amat maju dalam memahami ilmu pengetahuan dan matematika. Shannon mengambil dua bidang pendidikan pada tingkat sarjana di Universitas Michigan; Jurusan Teknik Elektronika dan Matematika. Pada usia 21 tahun tepatnya tahun 1936 Shannon mengambil Master di MIT dan telah menjadi asisten peneliti Vannevar Bush. Shannon menyelesaikan program doktornya pada jurusan Matematika di MIT tahun 1940. Teori Informasi Shannon pertama kali dipublikasikan tahun 1948 melalui Bell System Technical Journal. Sumbangsihnya terhadap komunikasi berupa teori informasi dengan model matematika.
Melalui penjelasan mengenai
dasar teori matematika komunikasi Shannon dan Weaver, bisa dilihat bagaimana
proses komunikasi dilakukan tanpa adanya sebuah gangguan dengan melihat
redundansi pada pesan, keterbatasan dalam akurasi transmisi (channel capacity),
dan keterbatasan jumlah informasi dalam channel (throughput). Secara lebih luas
lagi, beberapa hal – hal tersebut kemudian menjadi sebuah dasar atau acuan
dalam aplikasi kegiatan komunikasi dalam kehidupan sehari – hari.

Warren Weaver
Weaver
(1894-1978), adalah seorang ilmuwan Amerika, lulusan. Univ. of Wisconsin. Ia
mengajar matematika di Wisconsin (1920-1932), Weaver adalah direktur divisi
ilmu alam di Institut Rockefeller (1932-1955), dan konsultan ilmu (1947-1951),
wali amanat (1954), dan wakil presiden (dari 1958 ) di Institut Sloan-Kettering
untuk Riset Kanker. Penelitian Weaver adalah tentang masalah komunikasi dalam
ilmu pengetahuan dan dalam teori matematika probabilitas. Dia adalah salah satu
pendiri teori informasi, atau teori komunikasi. Tulisan-tulisannya meliputi
kata pengantar untuk bekerja di lapangan bersama Claude E. Shannon’s The
Mathematical Theory of Communication (1949).
Salah satu teori komunikasi
klasik yang sangat mempengaruhi teori-teori komunikasi selanjutnya adalah teori
informasi atau teori matematis. Teori ini merupakan bentuk penjabaran dari
karya Claude Shannon dan Warren Weaver (1949, Weaver. 1949 b), Mathematical
Theory of Communication.
Teori ini melihat komunikasi sebagai fenomena mekanistis, matematis, dan informatif: komunikasi sebagai transmisi pesan dan bagaimana transmitter menggunakan saluran dan media komunikasi. Ini merupakan salah satu contoh gamblang dari mazhab proses yang mana melihat kode sebagai sarana untuk mengonstruksi pesan dan menerjemahkannya (encoding dan decoding). Titik perhatiannya terletak pada akurasi dan efisiensi proses. Proses yang dimaksud adalah komunikasi seorang pribadi yang bagaimana ia mempengaruhi tingkah laku atau state of mind pribadi yang lain. Jika efek yang ditimbulkan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, maka mazhab ini cenderung berbicara tentang kegagalan komunikasi. Ia melihat ke tahap-tahap dalam komunikasi tersebut untuk mengetahui di mana letak kegagalannya. Selain itu, mazhab proses juga cenderung mempergunakan ilmu-ilmu sosial, terutama psikologi dan sosiologi, dan cenderung memusatkan dirinya pada tindakan komunikasi.
Teori ini melihat komunikasi sebagai fenomena mekanistis, matematis, dan informatif: komunikasi sebagai transmisi pesan dan bagaimana transmitter menggunakan saluran dan media komunikasi. Ini merupakan salah satu contoh gamblang dari mazhab proses yang mana melihat kode sebagai sarana untuk mengonstruksi pesan dan menerjemahkannya (encoding dan decoding). Titik perhatiannya terletak pada akurasi dan efisiensi proses. Proses yang dimaksud adalah komunikasi seorang pribadi yang bagaimana ia mempengaruhi tingkah laku atau state of mind pribadi yang lain. Jika efek yang ditimbulkan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, maka mazhab ini cenderung berbicara tentang kegagalan komunikasi. Ia melihat ke tahap-tahap dalam komunikasi tersebut untuk mengetahui di mana letak kegagalannya. Selain itu, mazhab proses juga cenderung mempergunakan ilmu-ilmu sosial, terutama psikologi dan sosiologi, dan cenderung memusatkan dirinya pada tindakan komunikasi.

Wilbur Lang Schramm
Wilbur
Lang Schramm (5 Agustus 1907 – 27 Desember 1987) kadang-kadang disebut sebagai
“bapak komunikasi,” dan memiliki pengaruh yang besar pada perkembangan
penelitian komunikasi di Amerika Serikat, dan mendirikan departemen studi
komunikasi di US universitas.
Schramm
lahir di Marietta, Ohio. Setelah bekerja untuk Associated Press, ia menerima
gelar MA dalam peradaban Amerika di Harvard University dan gelar Ph.D. dalam
bahasa Inggris di University of Iowa, di mana ia akhirnya mendirikan workshop
penulisan kreatif.
Ia
mendirikan Lembaga Penelitian Komunikasi di Universitas Illinois di
Urbana-Champaign dan program komunikasi di Stanford University. Dia adalah
mantan direktur Timur-Barat Komunikasi Institute di East-West Center di
Honolulu, Hawaii. Schramm terutama berpengaruh bagi buku-nya
tahun 1964 ”Mass Media and National Development” yang diterbitkan
dalam kaitannya dengan UNESCO, yang secara efektif memulai penelitian hubungan
antara penyebaran teknologi komunikasi dan pembangunan sosial-ekonomi.
Dalam buku Introduction to
Mass Communication Research (Nafgizer & White, 1972:10) mendefinisikan
teori sebagai:
“Suatu perangkat pernyataan
yang saling berkaitan, pada abstraksi dengan kadar yang tinggi, dan daripadanya
proposisi bisa dihasilkan yang dapat diuji secara ilmiah, dan pada landasannya
dapat dilakukan prediksi mengenai perilaku.” Dari definisi tersebut, sudah
jelas bahwa teori merupakan hasil telaah dengan metode ilmiah., yakni metode
penyelidikan atau metode
pemapanan kebenaran yang
menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut:
a.Obyektivitas(objectivity)
Metode ilmiah mencari fakta dengan menganalisis informasi dari dunia nyata (real world), yaitu dunia di luar si ilmuwan yang meneliti. Fakta dipilih bukan karena mendukung keinginan si ilmuwan, namun karena dapat diuji secara berulang-ulang oleh peneliti lain.
Obyektivitas dapat dicapai paling tidak dengan 2 cara, yaitu:
1.Empirisme (empirism)
Mensyaratkan suatu kepercayaan atau proporsisi harus diuji dalam dunia nyata, yakni dunia yang dapat diindera (dilihat, dirasakan, diraba) atau dapat dialami.
2. Logika formal (formal logic)
Mengkaji kondisi-kondisi dimana kepercayaan/proposisi perlu mengikutinya dan karenanya dapat ditarik kesimpulan dari proposisi-proposisi lainnya.
Metode ilmiah mencari fakta dengan menganalisis informasi dari dunia nyata (real world), yaitu dunia di luar si ilmuwan yang meneliti. Fakta dipilih bukan karena mendukung keinginan si ilmuwan, namun karena dapat diuji secara berulang-ulang oleh peneliti lain.
Obyektivitas dapat dicapai paling tidak dengan 2 cara, yaitu:
1.Empirisme (empirism)
Mensyaratkan suatu kepercayaan atau proporsisi harus diuji dalam dunia nyata, yakni dunia yang dapat diindera (dilihat, dirasakan, diraba) atau dapat dialami.
2. Logika formal (formal logic)
Mengkaji kondisi-kondisi dimana kepercayaan/proposisi perlu mengikutinya dan karenanya dapat ditarik kesimpulan dari proposisi-proposisi lainnya.
b. Berorientasikan masalah (problem oriented)
Metode ilmiah akan dapat dimulai hanya jika seorang peneliti mengkaji adanya masalah, baik yang praktis maupun teoretis, yang memerlukan keputusan. Masalah seringkali dirumuskan dalam bentuk pertanyaan ”mengapa.........?”. Ini dapat timbul dari rasa penasaran yang sederhana saja atau dari hasrat peneliti untuk menemukan keteraturan di antara fakta/pengamatan, sedemikian rupa sehingga dapat mengerti lingkungannya lebih baik. Menemukan pemecahan mengenai suatu masalah merupakan suatu metode ilmiah yang penting.
c. Dipandu hipotesis (hypothesis guided)
Metode ilmiah dipandu oleh hipotesis. Sebuah hipotesis adalah keterangan/keputusan yang diajukan kepada masalah untuk memulai penelitian. Hipotesis biasanya diformulasikan dalam ungkapan/pernyataan “Jika….,maka….”, yang menyarankan hubungan antara fakta dengan pengamatan. Apabila suatu pengamatan/observasi terbukti benar, maka pengamatan selanjutnya juga harus benar. Ciri hipotesis yang baik adalah :
1. Terpaut (relational)
2. Berdasarkan pengetahuan terdahulu (based on previous knowledge)
3. Verifikasi obyektif (objective verification).
d. Berorientasikan teori (Theory oriented)
Tujuan jangka panjang metode ilmiah adalah merumuskan teori. Teori merupakan seperangkat dalil/prinsip umum yang saling terkait (hipotesis yang diuji berulangkali) mengenai aspek-aspek suatu realitas (Theory is a set of interrealated law or general principles hypothesis that have been repeatedly verivied about some aspect or reality).
e. Korektif mandiri (self-corrective)
Sifat korektif mandiri dari ilmu menyebabkan perlunya bagi ilmuwan untuk memberikan keleluasaan kepada ilmuwan lain dalam bidang yang sama untuk menelitinya secara mendalam. Hal ini bukan saja untuk menyebarkan pengetahuan baru yang menjadi landasan bagi penyelidikan lain, namun juga untuk memungkinkan penggunaan prosedur yang sama dalam situasi yang berbeda. Dalam hal ini nilai tertentu terletak pada publikasi/diseminasi metode, tujuan dan hasil penelitian ilmiah.
Demikian proses terjadinya suatu teori. Teori seringkali dibandingkan-disamakan dan dibedakan-dengan model. Dalam ilmu komunikasi, teori sering dipertukarkan dengan model konvergensi sehingga adakalanya disebut sebagai teori konvergensi, model difusi inovasi dikatakan teori difusi inovasi, teori inokulasi dinyatakan sebagai model inokulasi dan sebagainya.
Model Komunikasi
Schramm membuat serangkai model komunikasi, dimulai dengan model komunikasi manusia yang sederhana (1954), lalu model yang lebih rumit yang memperhitungkan pengalaman dua individu yang mencoba berkomunikasi, hingga ke model komunikasi yang dianggap interaksi dua individu.
Model yang pertama mirip dengan model Shannon dan Weaver. Dalam modelnya yang kedua, Schramm memperkenalkan gagasan bahwa kesamaan dalam bidang pengalaman sumber dan sasaran-lah yang sebenarnya dikomunikasikan, karena bagian sinyal itulah yang dianut sama oleh sumber dan sasaran. Model ketiga, Schramm menganggap komunikasi sebagai interaksi dengan kedua pihak yang menyandi, menafsirkan, menyendi-balik, mentransmisikan dan menerima sinyal. Di sini kita melihat umpan balik dan ”lingkaran” yang berkelanjutan untuk berbagi informasi.
Pada model ketiga ini, Schramm bekerjasama dengan Osgood sehingga dikenal sebagai model sirkular Osgood dan Schramm (The Osgood and Schramm Circular Model). Jika model Shannon dan Weaver merupakan proses yang linear, model ini dinilai sebagai sirkular dalam derajat yang tinggi. Perbedaan lainnya ialah apabila Shannon dan Weaver menitikberatkan perhatiannya langsung kepada saluran yang menghubungkan pengirim (sender) dan penerima (receiver) atau dengan kata lain, komunikator dan komunikan. Schramm dan Osgood menitikberatkan pembahasannya pada perilaku pelaku-pelaku utama dalam proses komunikasi. Shannon dan Weaver membedakan source dengan transmitter dan antara receiver dengan distination. Dengan kata lain, dua fungsi dipenuhi pada sisi pengiriman (transmitting) dan pada sisi penerimaan (receiving) dari proses. Pada Schramm dan Osgood ditunjukkan fungsinya yang hampir sama. Digambarkan dua pihak berperilaku sama, yaitu encoding (menyandi), decoding (menyandi-balik) dan interpreting (menafsirkan).
Teori-teori Schramm
Beberapa teori yang pernah dikemukakan oleh Wilbur Schramm antara lain:
a. Teori Peluru (The Bullet Theory of Communication)
Teori ini merupakan konsep awal sebagai efek komunikasi massa yang oleh para teoretisi komunikasi tahun 1970-an dinamakan pula hypodemic needle theory yang dapat diterjemahkan sebagai teori harum hipodermik. Teori ini ditampilkan pada tahun 1950-an setelah peristiwa penyiaran kaleidoskop stasiun radio CBS di Amerika berjudul “The Invasion from Mars”.
Pada tahun tersebut, Schramm mengemukakan bahwa seorang komunikator dapat menembakkan peluru komunikasi yang begitu ajaib kepada khalayak yang pasif tidak berdaya.
Namun dalam karya tulisnya yang diterbitkan pada awal tahun 1970-an, Schramm meminta kepada para peminatnya agar teori peluru komunikasi itu dianggap tidak ada, sebab khalayak yang menjadi sasaran media massa itu ternyata tidak pasif.
Pernyataan Schramm tentang pencabutan teorinya itu didukung oleh Paul F. Lazarsfeld dan Raymond Bauer. Lazarsfeld mengatakan bahwa jika khalayak diterpa peluru komunikasi, mereka tidak jatuh terjerembab. Kadang-kadang peluru itu tidak menembus. Adakalanya pula efek yang timbul berlainan dengan tujuan si penembak. Sering pula khalayak yang dijadikan sasaran senang untuk ditembak.
b. Teori Komunis Soviet (Soviet Communist Theory)
Teori-teori komunikasi berlangsung secara berkesinambungan, artinya suatu teori yang digunakan sebagai landasan pemikiran dalam suatu penelitian atau dipakai sebagai pendekatan dalam menelaah suatu fenomena. Bisa merupakan teori lama yang ditampilkan seorang cendekiawan satu dekade sebelumnya, bahkan lebih lama daripada itu.
Tiga orang cendekiawan Amerika, yaitu Fred S. Siebert, Theodore Peterson dan Wilbur Schramm menerbitkan sebuah buku yang berjudul Four Theories of the Press: The Eutoritarian, Libertarian, Social Responsibility, and Soviet Communist Concepts of What the Press Should Be and Do pada tahun 1956. Buku tersebut mengupas empat buah sistem pers yang berlaku di berbagai negara di dunia, yakni Authoritarian Theory (abad 15-16), Liberitarian Theory (abad 17-18),, Soviet Communist Theory (Marxist) dan Social Responsibility Theory (abad ke-20).
Pada awalnya, keempat teori tersebut memang teori pers, namun kemudian seirama dengan perkembangan media massa yang meliputi radio siaran, televisi siaran, film teatrikal, dan lain-lain, maka teori tersebut menjadi teori media massa. Dengan kata lain, teori pers yang semula hanya mengenai pers dalam arti sempit, kini menjadi pengertian pers dalam arti luas, yang jika dikaitkan dengan kegiatannya, tidak hanya jurnalistik cetak tetapi juga jurnalis elektronik.
Fred S. Siebert, Theodore Peterson dan Wilbur Schramm merupakan tokoh pers dunia dan teori-teori pers yang mereka ciptakan menjadi sumber rujukan para praktisi, mahasiswa dan perguruan tinggi. Buku , Four Theories of the Press: The Eutoritarian, Libertarian, Social Responsibility, and Soviet Communist Concepts of What the Press Should Be and Do dimaksudkan untuk menjelaskan perkembangan kondisi pers dunia di masa lampau dan memasuki era pra- perang dingin antara Barat dan Timur.
Pentingnya kedudukan pers demi perdamaian dunia yang demokratis, PBB secara khusus membahas masalah kemerdekaan pers di Geneva, Swis 23 Maret 1948. Prinsip dasar konferensi tersebut adalah adanya pengakuan PBB terhadap kemerdekaan pers sebagai "hak dasar manusia". Sedangkan Pasal 19 Deklarasi Hak Asasi Manusia menjelaskan pula bahwa setiap orang berhak dan bebas mencari, menerima dan menyampaikan informasi dan pendapat dengan cara apapun tanpa memandang batas-batas.
Teori Komunis Soviet (Soviet Communist Theory) dikupas oleh Schramm dengan kacamata Amerika yang orientasinya lain untuk tidak mengatakan bertentangan. Dalam kupasannya tersebut, Schramm mencoba menyelusuri dari akarnya, yakni pemikiran Karl Marx melalui pertumbuhan di zaman Lenin dan Stalin. Seperti diketahui pemikiran Marx dipengaruhi oleh konsep dialektika dari Hegel, dimana kedua kekuatan yang bertentangan (tese dan antitese) mengubah perbedaannya menjadi sintese. Pada gilirannya, sintese ini menjadi suatu tese baru yang ditentang oleh aliran antitese baru yang kemudian menimbulkan sintese baru. Demikian seterusnya sepanjang sejarah.
Metode ilmiah akan dapat dimulai hanya jika seorang peneliti mengkaji adanya masalah, baik yang praktis maupun teoretis, yang memerlukan keputusan. Masalah seringkali dirumuskan dalam bentuk pertanyaan ”mengapa.........?”. Ini dapat timbul dari rasa penasaran yang sederhana saja atau dari hasrat peneliti untuk menemukan keteraturan di antara fakta/pengamatan, sedemikian rupa sehingga dapat mengerti lingkungannya lebih baik. Menemukan pemecahan mengenai suatu masalah merupakan suatu metode ilmiah yang penting.
c. Dipandu hipotesis (hypothesis guided)
Metode ilmiah dipandu oleh hipotesis. Sebuah hipotesis adalah keterangan/keputusan yang diajukan kepada masalah untuk memulai penelitian. Hipotesis biasanya diformulasikan dalam ungkapan/pernyataan “Jika….,maka….”, yang menyarankan hubungan antara fakta dengan pengamatan. Apabila suatu pengamatan/observasi terbukti benar, maka pengamatan selanjutnya juga harus benar. Ciri hipotesis yang baik adalah :
1. Terpaut (relational)
2. Berdasarkan pengetahuan terdahulu (based on previous knowledge)
3. Verifikasi obyektif (objective verification).
d. Berorientasikan teori (Theory oriented)
Tujuan jangka panjang metode ilmiah adalah merumuskan teori. Teori merupakan seperangkat dalil/prinsip umum yang saling terkait (hipotesis yang diuji berulangkali) mengenai aspek-aspek suatu realitas (Theory is a set of interrealated law or general principles hypothesis that have been repeatedly verivied about some aspect or reality).
e. Korektif mandiri (self-corrective)
Sifat korektif mandiri dari ilmu menyebabkan perlunya bagi ilmuwan untuk memberikan keleluasaan kepada ilmuwan lain dalam bidang yang sama untuk menelitinya secara mendalam. Hal ini bukan saja untuk menyebarkan pengetahuan baru yang menjadi landasan bagi penyelidikan lain, namun juga untuk memungkinkan penggunaan prosedur yang sama dalam situasi yang berbeda. Dalam hal ini nilai tertentu terletak pada publikasi/diseminasi metode, tujuan dan hasil penelitian ilmiah.
Demikian proses terjadinya suatu teori. Teori seringkali dibandingkan-disamakan dan dibedakan-dengan model. Dalam ilmu komunikasi, teori sering dipertukarkan dengan model konvergensi sehingga adakalanya disebut sebagai teori konvergensi, model difusi inovasi dikatakan teori difusi inovasi, teori inokulasi dinyatakan sebagai model inokulasi dan sebagainya.
Model Komunikasi
Schramm membuat serangkai model komunikasi, dimulai dengan model komunikasi manusia yang sederhana (1954), lalu model yang lebih rumit yang memperhitungkan pengalaman dua individu yang mencoba berkomunikasi, hingga ke model komunikasi yang dianggap interaksi dua individu.
Model yang pertama mirip dengan model Shannon dan Weaver. Dalam modelnya yang kedua, Schramm memperkenalkan gagasan bahwa kesamaan dalam bidang pengalaman sumber dan sasaran-lah yang sebenarnya dikomunikasikan, karena bagian sinyal itulah yang dianut sama oleh sumber dan sasaran. Model ketiga, Schramm menganggap komunikasi sebagai interaksi dengan kedua pihak yang menyandi, menafsirkan, menyendi-balik, mentransmisikan dan menerima sinyal. Di sini kita melihat umpan balik dan ”lingkaran” yang berkelanjutan untuk berbagi informasi.
Pada model ketiga ini, Schramm bekerjasama dengan Osgood sehingga dikenal sebagai model sirkular Osgood dan Schramm (The Osgood and Schramm Circular Model). Jika model Shannon dan Weaver merupakan proses yang linear, model ini dinilai sebagai sirkular dalam derajat yang tinggi. Perbedaan lainnya ialah apabila Shannon dan Weaver menitikberatkan perhatiannya langsung kepada saluran yang menghubungkan pengirim (sender) dan penerima (receiver) atau dengan kata lain, komunikator dan komunikan. Schramm dan Osgood menitikberatkan pembahasannya pada perilaku pelaku-pelaku utama dalam proses komunikasi. Shannon dan Weaver membedakan source dengan transmitter dan antara receiver dengan distination. Dengan kata lain, dua fungsi dipenuhi pada sisi pengiriman (transmitting) dan pada sisi penerimaan (receiving) dari proses. Pada Schramm dan Osgood ditunjukkan fungsinya yang hampir sama. Digambarkan dua pihak berperilaku sama, yaitu encoding (menyandi), decoding (menyandi-balik) dan interpreting (menafsirkan).
Teori-teori Schramm
Beberapa teori yang pernah dikemukakan oleh Wilbur Schramm antara lain:
a. Teori Peluru (The Bullet Theory of Communication)
Teori ini merupakan konsep awal sebagai efek komunikasi massa yang oleh para teoretisi komunikasi tahun 1970-an dinamakan pula hypodemic needle theory yang dapat diterjemahkan sebagai teori harum hipodermik. Teori ini ditampilkan pada tahun 1950-an setelah peristiwa penyiaran kaleidoskop stasiun radio CBS di Amerika berjudul “The Invasion from Mars”.
Pada tahun tersebut, Schramm mengemukakan bahwa seorang komunikator dapat menembakkan peluru komunikasi yang begitu ajaib kepada khalayak yang pasif tidak berdaya.
Namun dalam karya tulisnya yang diterbitkan pada awal tahun 1970-an, Schramm meminta kepada para peminatnya agar teori peluru komunikasi itu dianggap tidak ada, sebab khalayak yang menjadi sasaran media massa itu ternyata tidak pasif.
Pernyataan Schramm tentang pencabutan teorinya itu didukung oleh Paul F. Lazarsfeld dan Raymond Bauer. Lazarsfeld mengatakan bahwa jika khalayak diterpa peluru komunikasi, mereka tidak jatuh terjerembab. Kadang-kadang peluru itu tidak menembus. Adakalanya pula efek yang timbul berlainan dengan tujuan si penembak. Sering pula khalayak yang dijadikan sasaran senang untuk ditembak.
b. Teori Komunis Soviet (Soviet Communist Theory)
Teori-teori komunikasi berlangsung secara berkesinambungan, artinya suatu teori yang digunakan sebagai landasan pemikiran dalam suatu penelitian atau dipakai sebagai pendekatan dalam menelaah suatu fenomena. Bisa merupakan teori lama yang ditampilkan seorang cendekiawan satu dekade sebelumnya, bahkan lebih lama daripada itu.
Tiga orang cendekiawan Amerika, yaitu Fred S. Siebert, Theodore Peterson dan Wilbur Schramm menerbitkan sebuah buku yang berjudul Four Theories of the Press: The Eutoritarian, Libertarian, Social Responsibility, and Soviet Communist Concepts of What the Press Should Be and Do pada tahun 1956. Buku tersebut mengupas empat buah sistem pers yang berlaku di berbagai negara di dunia, yakni Authoritarian Theory (abad 15-16), Liberitarian Theory (abad 17-18),, Soviet Communist Theory (Marxist) dan Social Responsibility Theory (abad ke-20).
Pada awalnya, keempat teori tersebut memang teori pers, namun kemudian seirama dengan perkembangan media massa yang meliputi radio siaran, televisi siaran, film teatrikal, dan lain-lain, maka teori tersebut menjadi teori media massa. Dengan kata lain, teori pers yang semula hanya mengenai pers dalam arti sempit, kini menjadi pengertian pers dalam arti luas, yang jika dikaitkan dengan kegiatannya, tidak hanya jurnalistik cetak tetapi juga jurnalis elektronik.
Fred S. Siebert, Theodore Peterson dan Wilbur Schramm merupakan tokoh pers dunia dan teori-teori pers yang mereka ciptakan menjadi sumber rujukan para praktisi, mahasiswa dan perguruan tinggi. Buku , Four Theories of the Press: The Eutoritarian, Libertarian, Social Responsibility, and Soviet Communist Concepts of What the Press Should Be and Do dimaksudkan untuk menjelaskan perkembangan kondisi pers dunia di masa lampau dan memasuki era pra- perang dingin antara Barat dan Timur.
Pentingnya kedudukan pers demi perdamaian dunia yang demokratis, PBB secara khusus membahas masalah kemerdekaan pers di Geneva, Swis 23 Maret 1948. Prinsip dasar konferensi tersebut adalah adanya pengakuan PBB terhadap kemerdekaan pers sebagai "hak dasar manusia". Sedangkan Pasal 19 Deklarasi Hak Asasi Manusia menjelaskan pula bahwa setiap orang berhak dan bebas mencari, menerima dan menyampaikan informasi dan pendapat dengan cara apapun tanpa memandang batas-batas.
Teori Komunis Soviet (Soviet Communist Theory) dikupas oleh Schramm dengan kacamata Amerika yang orientasinya lain untuk tidak mengatakan bertentangan. Dalam kupasannya tersebut, Schramm mencoba menyelusuri dari akarnya, yakni pemikiran Karl Marx melalui pertumbuhan di zaman Lenin dan Stalin. Seperti diketahui pemikiran Marx dipengaruhi oleh konsep dialektika dari Hegel, dimana kedua kekuatan yang bertentangan (tese dan antitese) mengubah perbedaannya menjadi sintese. Pada gilirannya, sintese ini menjadi suatu tese baru yang ditentang oleh aliran antitese baru yang kemudian menimbulkan sintese baru. Demikian seterusnya sepanjang sejarah.
Schramm mengatakan bahwa
sumbangan besar dari Marx adalah penjungkirbalikkan dialektika Hegel. Jadi Marx
membuat dialektikanya realistik, kebalikan dari idealistik. Dia menyatakan
bahwa kondisi hidup yang bersifat material terutama cara manusia mengelola
hidupnya dan jenis kehidupan yang ia kelola untuk menentukan idea manusia.
Dengan kata lain, ekonomi, sistem kekuatan produktif dan hubungan produktif
merupakan faktor sentral bagi kehidupan manusia, suatu fakta yang menentukan
sifat kehidupan masyarakat.
Schramm juga berpendapat bahwa pengawasan terhadap media massaharus berpijak pada mereka yang memiliki fasilitas, sarana percetakan, stasiun siaran, dan lain-lain. Selama kelas kapitalis mengawasi fasilitas fisik ini, kelas buruh tidak akan mempunyai peran pada saluran-saluran komunikasi. Kelas buruh harus mempunyai saluran komunikasi sendiri. Demikian pula kaum buruh harus berpikir bahwa kebebasan pers yang sebenarnya tidak ada kecuali dalam masyarakat tanpa kelas, dimana kelas kerja telah merebut perlengkapan komunikasi dan tidak takut lagi akan pengawasan para pemilik borjuis.
C. KARYA-KARYA SCHRAMM
Sebagai penulis yang produktif, Wilbur Schramm telah berhasil menulis beberapa judul buku, antara lain:
1. Men, Messages and Media (1973).
2. Beginnings of Communication Study in America: A Personal Memoir (April 1997). Ditulis bersama Everett M. Rogers dan Steven H. Chaffee.
3. Four Theories of the Press: The Eutoritarian, Libertarian, Social Responsibility, and Soviet Communist Concepts of What the Press Should Be and Do. Ditulis bersama Theodore Peterson, dan Frederick S. Siebert.
4. Big Media, Little Media: Tools and Technologies for Instruction (Januari 1977).
5. The Science of Human Communication (1963).
6. Story of Human Communication: Cave Painting to Microchip (Januari 1988).
7. Television in the Lives of Our Children (Juni 1961).
8. Responsibility in Mass Communication, 3rd Edition (Januari 1980). Ditulis bersama William Rivers dan Clifford G. Christians.
9. The Process and Effects of Mass Communication (Revised) (Oktober 1971).
10. Communication And Change: The Last Ten Years – And The Next. Sebagai editor bersama Daniel Lerner.
11. International Encyclopedia of Communications (Maret 1989). Ditulis bersama Erik Barnouw, George Gerbner dan Et Al sebagai editor.
12. Messages: A Reader in Human Communication (1974).
13. Wilbur Schramm and the Beginnings of American Communication Theory: A History of Ideas (1988). Merupakan disertasi Ph.D. dari Universitas Iowa.
Schramm juga berpendapat bahwa pengawasan terhadap media massaharus berpijak pada mereka yang memiliki fasilitas, sarana percetakan, stasiun siaran, dan lain-lain. Selama kelas kapitalis mengawasi fasilitas fisik ini, kelas buruh tidak akan mempunyai peran pada saluran-saluran komunikasi. Kelas buruh harus mempunyai saluran komunikasi sendiri. Demikian pula kaum buruh harus berpikir bahwa kebebasan pers yang sebenarnya tidak ada kecuali dalam masyarakat tanpa kelas, dimana kelas kerja telah merebut perlengkapan komunikasi dan tidak takut lagi akan pengawasan para pemilik borjuis.
C. KARYA-KARYA SCHRAMM
Sebagai penulis yang produktif, Wilbur Schramm telah berhasil menulis beberapa judul buku, antara lain:
1. Men, Messages and Media (1973).
2. Beginnings of Communication Study in America: A Personal Memoir (April 1997). Ditulis bersama Everett M. Rogers dan Steven H. Chaffee.
3. Four Theories of the Press: The Eutoritarian, Libertarian, Social Responsibility, and Soviet Communist Concepts of What the Press Should Be and Do. Ditulis bersama Theodore Peterson, dan Frederick S. Siebert.
4. Big Media, Little Media: Tools and Technologies for Instruction (Januari 1977).
5. The Science of Human Communication (1963).
6. Story of Human Communication: Cave Painting to Microchip (Januari 1988).
7. Television in the Lives of Our Children (Juni 1961).
8. Responsibility in Mass Communication, 3rd Edition (Januari 1980). Ditulis bersama William Rivers dan Clifford G. Christians.
9. The Process and Effects of Mass Communication (Revised) (Oktober 1971).
10. Communication And Change: The Last Ten Years – And The Next. Sebagai editor bersama Daniel Lerner.
11. International Encyclopedia of Communications (Maret 1989). Ditulis bersama Erik Barnouw, George Gerbner dan Et Al sebagai editor.
12. Messages: A Reader in Human Communication (1974).
13. Wilbur Schramm and the Beginnings of American Communication Theory: A History of Ideas (1988). Merupakan disertasi Ph.D. dari Universitas Iowa.

Melvin Lawrence DeFleur
Ia
lahir April 27, 1923 di Portland, Oregon, ia adalah seorang profesor dan
sarjana di bidang komunikasi. Bidang studi awalnya adalah ilmu-ilmu
sosial. DeFleur menerima gelar Ph.D. dalam psikologi sosial dari
University of Washington pada tahun 1954. Tesisnya, Eksperimental studi
hubungan stimulus respon dalam komunikasi leaflet, mencakup sosiologi,
psikologi, dan komunikasi, untuk mempelajari bagaimana informasi disebarkan
melalui | masyarakat Amerika.
Dia
telah mengajar di Indiana University (1954-1963), University of Kentucky
(1963-1967), Washington State University (1967-1976), University of New Mexico
(1976-1980), University of Miami (1981-1985 ), Syracuse University (1987-1994)
dan University of Washington sebelum mengambil posisi saat ini sebagai profesor
komunikasi di Universitas Boston Departemen Komunikasi Massa, Periklanan dan
Hubungan Masyarakat. Selain itu, ia adalah seorang Profesor Fulbright ke
Argentina dua kali: dan berafiliasi dengan sosiologis Argentina dan
Ibero-Interamerican Sociological Society, dimana ia menjabat sebagai Sekretaris
Jenderal.
Teori
Ketergantungan Media
adalah
teori tentang komunikasi massa yang menyatakan bahwa
semakin seseorang tergantung pada suatu media untuk memenuhi kebutuhannya, maka media
tersebut menjadi semakin penting untuk orang itu [1]. Teori ini diperkenalkan
oleh Sandra Ball-Rokeach dan Melvin DeFleur. Mereka memperkenalkan model yang
menunjukan hubungan integral tak terpisahkan antara pemirsa, media dan sistem
sosial yang besar.
Konsisten
dengan teori-teori yang menekankan pada pemirsa sebagai penentu media, model
ini memperlihatkan bahwa individu bergantung pada media untuk pemenuhan
kebutuhan atau untuk mencapai tujuannya, tetapi mereka tidak bergantung pada
banyak media dengan porsi yang sama besar.
Besarnya
ketergantungan seseorang pada media ditentukan dari dua hal.Pertama, individu
akan condong menggunakan media yang menyediakan kebutuhannya lebih banyak
dibandingkan dengan media lain yang hanya sedikit. Sebagai contoh, bila anda
menyukai gosip,
anda akan membeli tabloid gosip dibandingkan membeli koran Kompas, dimana porsi gosip tentang artis hanya
disediakan pada dua kolom di halaman belakang, tetapi orang yang tidak menyukai
gosip mungkin tidak tahu bahwa tabloid gosip kesukaan anda, katakanlah
acara Cek
dan ricek, itu ada, ia pikir cek dan ricek itu hanya acara di
televisi, dan orang ini kemungkinan sama sekali tidak peduli berita tentang
artis di dua kolom halaman belakang Kompas.
Kedua, persentase
ketergantungan juga ditentukan oleh stabilitas sosial saat itu. Sebagai contoh,
bila negara dalam keadaan tidak stabil, anda akan lebih bergantung/ percaya
pada koran untuk mengetahui informasi jumlah korban bentrok fisik antara pihak
keamanan dan pengunjuk rasa, sedangkan bila keadaan negara stabil,
ketergantungan seseorang akan media bisa turun dan individu akan lebih
bergantung pada institusi - institusi negara atau masyarakat untuk informasi.
Sebagai contoh di Malaysia dan Singapura dimana penguasa memiliki pengaruh
besar atas pendapat rakyatnya, pemberitaan media membosankan karena segala
sesuatu tidak bebas untuk digali, dibahas, atau dibesar-besarkan, sehingga
masyarakat lebih mempercayai pemerintah sebagai sumber informasi mereka.

George Gerbner
Gerbner
adalah seorang profesor Komunikasi dan pendiri teori kultivasi. Lahir di
Budapest, Hungaria, dia berimigrasi ke Amerika Serikat pada akhir tahun 1939.
Gerbner meraih gelar sarjana dalam jurnalisme dari Universitas California,
Berkeley pada 1942. Ia bekerja sebentar untuk San Francisco Chronicle sebagai
penulis, kolumnis dan assisten editor keuangan. Ia bergabung dengan Angkatan
Darat Amerika Serikat pada tahun 1943. Ia bergabung dengan Office of Strategic
Services sementara melayani dan menerima Bintang Perunggu. Setelah perang ia
bekerja sebagai penulis lepas dan penerbit dan mengajar jurnalistik di El
Camino College sambil mendapatkan (1951) dan doktor master (1955) dalam
komunikasi di University of Southern California. disertasi-Nya, “Toward a
General Theory of Communication,” memenangkan penghargaan USC untuk “disertasi
terbaik.”
Teori kultivasi adalah teori sosial yang meneliti
efek jangka panjang dari televisi pada khalayak. teori
ini merupakan salah satu teori komunikasi massa.
Dikembangkan oleh George Gerbner dan Larry Gross dari University of Pennsylvania, teori kultivasi ini
berasal dari beberapa proyek penelitian skala besar berjudul 'Indikator Budaya'. Tujuan
dari proyek Indikator Budaya ini adalah untuk mengidentifikasi efek televisi
pada pemirsa.
Gerbner dan Stephen Mirirai (1976) mengemukakan
bahwa televisi sebagai media komunikasi massa telah dibentuk
sebagai simbolisasi lingkungan umum atas beragam masyarakat yang diikat menjadi
satu, bersosialisasi dan berperilaku

David K.Berlo
Berlo
lahir tahun 1929. Ia merupakan salah satu mahasiswa generasi pertama di Program
Doktor Komunikasi di bawah kepemimpinan Wilbur Schramm di Illinois. Berlo
dikenal juga sebagai penemu program komuniaksi di Universitas Michigan yang
banyak melahirkan doktor komunikasi. Berlo merupakan penulis buku teks
komunikasi yang terkenal, The Process of Communication (1960). Buku ini
mengajarkan model komunikasi SMCR; Source-Message-Channel-Receiver. Berlo
mendasarkan rumusannya pada model komuniaksi yang dirumuskan Shannon, yaitu
teori informasi dengan model matematikanya. Berlo menjadi mahasiswa program
doktor yang dipimpin Wilbur Schramm di Illinois tahun 1953. Sebelumnya Berlo
adalah mahasiswa Jurusan Matematika di Universitas Missouri. Berlo kelak
menjadi pimpinan di fakultas komunikasi yang dibuka di Universitas Michigan.
Dalam
model komunikasi David K. Berlo, terdapat unsur-unsur utama komunikasi yang
dikenal dengan SCMR, yaitu Source (sumber), Channel (saluran), Message (pesan),
dan Receiver (penerima). Di samping itu, terdapat juga tiga unsur lain, yaitu
Feedback (tanggapan balik), Efek , dan Lingkungan. Setiap unsur ini akan saling
bergantung satu sama lain dan memiliki peranan penting dalam membangun proses
komunikasi.
1.
Sumber
Semua
peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pengirim informasi. Sumber
terdiri dari satu orang atau kelompok. Misalnya partai, organisasi atau
lembaga.
2.
Pesan
Pesan
adalah sesuatu (pengetahuan, hiburan, informasi, nasehat atau propaganda) yang
disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap
muka atau melalui media.
3.
Saluran
Saluran
komunikasi adalah media yang membawa pesan. Saluran komunikasi ini terdiri dari
komunikasi lisan, tertulis, dan elektronik.
4.
Penerima
Penerima
adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh pengirim.
5.
UmpanBalik
Umpan
balik merupakan respons atau reaksi yang diberikan oleh penerima.
6.
EfekEfek atau pengaruh merupakan perbedaan antara apa yang dipikirkan,
dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan.
7.
Lingkungan
Lingkungan
atau situasi adalah faktor-faktor tertentu yang dapat mempengaruhi jalannya
komunikasi.
Muhamad
(1995) menjelaskan bahwa model Berlo menekankan komunikasi sebagai suatu proses
dan menekankan “meaning are in the people”, atau arti pesan yang dikirimkan
pada orang yang menerima pesan bukan pada kata-kata pesan itu sendiri. Dengan
kata lain, bahwa interpretasi pesan terutama tergantung kepada kata atau pesan
yang ditafsirkan oleh si pengirim atau si penerima.
Berlo
menggambarkan kebutuhan penyandi (encoder) dan penyandi balik (decoder) dalam
proses komunikasi. Enkoder bertanggung jawab mengekspresikan maksud sumber
dalam bentuk suatu pesan. Menurut Berlo, sumber dan penerima pesan dipengaruhi
oleh faktor-faktor berikut, seperti keterampilan komunikasi, sikap,
pengetahuan, sistem sosial, dan budaya. Pesan dikembangkan berdasarkan elemen,
struktur, isi, perlakuan, dan kode. Saluran berhubungan dengan panca indera,
yaitu: melihat, mencicipi, mendengar, menyentuh, dan membaui.
Penelaahan
terhadap Model Komunikasi Berlo:
1.
Sumber
Seorang
baik sebagai sumber maupun penerima harus memperhatikan hal-hal berikut dalam
berkomunikasi, yaitu:
a.
Ketrampilan berkomunikasi (communication skills) yang terdiri atas:
·
Kemampuan sumber dalam menyusun tujuan komunikasi;
·
Kemampuan sumber dalam menterjemahkan pesan ke dalam bentuk signal atau
ekspresi tertentu.
b.
Sikap, terdiri atas:
·
Sikap terhadap diri sendiri;
·
Sikap terhadap pesan;
·
Sikap terhadap penerima pesan (receiver) maupun sikap sebaliknya, receiver
terhadap sumber.
c.
Pengetahuan, meliputi:
·
Pengetahuan sumber tentang receiver, media komunikasi yang sesuai, metode
pendekatan yang sesuai, serta pengetahuan tentang pesan;
·
Pengetahuan receiver tentang sumber, media, maupun pesan.
d.
Sistem sosial budaya, baik sumber maupun penerima harus memperhatikan sistem
sosial budaya yang ada, meliputi:
·
Norma yang dianut;
·
Sistem pengambilan keputusan. Misalnya, terkait dengan inovasi bidang
pertanian;
·
Budaya yang berkembang dan dianut.
2.
Pesan
Pesan
dikembangkan berdasarkan:
·
Kode pesan (penggunaan bahasa, gambar yang disepakati)
·
Isi (disajikan utuh atau terpotong?)
·
Perlakuan (pesan dapat dicerna oleh kelima indera manusia?)
3.
Saluran komunikasi
Saluran
komunikasi yang digunakan hendaknya:
·
Baik menurut sasaran;
·
Dapat diterima oleh banyak sasaran;
·
Mudah digunakan oleh banyak sumber maupun penerima;
·
Lebih ekonomis;
·
Cocok dengan pesan

Kurt Lewin
Kurt Lewin dilahitkan pada tahun 1890 dan
wafat pada tahun 1974. Kita dewasa ini mengenal pemikirannya mengenai
“gatekeeping”, “group dynamics”, dan “consistency theory.” Lewin adalah seorang
Yahudi Jerman yang belajar psikologi di Universitas Berlin. Pada tahun 1933 ia
melarikan diri dari rezim saat itu. Sesampainya di Iowa, Amerika Serikat ia
mengajar dalam bahasa Inggris yang patah-patah, namun para mahasiswanya
menilainya sebagai seorang pendidik yang antusias dengan pribadi yang
menyenangkan.
Kurt
Lewin memiliki kemampuan yang menakjubkan dalam menunjukkan penampillan yang
terbaik di hadapan orang lain, khususnya mengenai masalah intelektual. Ia memimpin
diskusi mingguan di mana setiap mahasiswa ditugaskan mengemukakan suatu teori
atau rencana penelitian untuk diperdebatkan. Margaret Mead, antropoloh
terkemuka yang bekerjasama dengan Lewin dalam suatu eksperimen pada Perang
Dunia II mengatakan: “Kurt laksana api yang mengitari orang lain yang berkumpul
untuk memperoleh kehangatan dan cahaya untuk membaca pikirannya masing-masing
yang lebih jernih.”
Lewin mencanangkan dinamika kelompok dengan
memfokuskan kepada masalah komunikasi kelompok sebagai saran untuk memperoleh
pemahaman bagaimana orang-orang diperngaruhi oleh kelompoknya. Bagaimana tipe
kepemimpinan otoriter dan demokratik mempengaruhi kesesuaian orang tersebut
dengan norma kelompoknya. Persoalan tersebut dan persoalan psikologi sosial lainnya
diteliti oleh Kurt Lewin dan murid-muridnya di Iowa.
Seperti telah dikatakan tadi, Lewin
oleh para sarjana komunikasi dewasa ini lebih dikenal karena konsep
‘gatekeepingnya’, yakni proses pengendalian arus pesan dalam saluran
komunikasi. Selama Perang Dunia II, pemerintah Amerika mempropagandakan makanan
yang disebut “sweetbread” (isi organ sapi atau kambing, seperti hati, usus,
limpa, dan sebagainya) untuk dijadikan konsumsi masyarakat.
Lewin dan murid-muridnya melakukan
serangkaian eksperimen dnegan penduduk kota Iowa sebagai responden. Kepada
mereka diajukan himbauan agar memakan sweetbread tadi. Hasil
eksperimen itu menunjukkan bahwa ibu rumah tangga ternyata bertindak
sebagai gatekeeper (penjaga gerbang informasi) mengenai
makanan yang tidak populer itu. (Effendy, 2003:19) Di media massa sendiri, yang
memiliki posisi gatekeeper adalah editor
berita. Dewasa ini, konsep gatekeeping digunakan
secara luas dalam ilmu komunikasi, terutama dalam komunikasi organisasional.

Paul lazarsfeld
Paul Lazarsfeld dilahirkan pada tahun 1901 di Wina dan lulu
sebagai doktor matematika dari Universitas Wina pada pertengahan tahun 1920.
Selama satu dekade dia mengajar di fakultasnya dan memimpin sebuah penelitian
ilmu sosial.
Seperti
Kurt Lewin, Lazarsfeld terpengatuhi oleh pemikiran Freud yang menyebabkan ia
berminat untuk melakukan studi terhadap sumber-sumber perilaku. Sebagai seorang
Yahudi yang dibayang-bayang Nazi, Lazarsfeld kemudian meninggalkan tanah airnya
menuju Amerika Serikat. Itu terjadi pada tahun 1939.
Pada
saat itu, ada tiga keberuntungan yang menjemput Lazarsfeld setibanya di negeri
baru ini. Pertama, Rockefellor Foundation menawarkan kepadanya beasiswa kelana
untuk mengamati penelitian sosial di Amerika. Pada saat yang sama keberuntungan
kedua yang menghampirinya, yakni lembaga tersebut akan mendirikan Office of
Radio Research di Princeton dan menawarkan kepada Lazarsfeld untuk menjadi
direkturnya. Keberuntungan yang ketiga adalah ketika itu ia berjumpa dengan Frank
Stanton yang pada waktu itu menjabat direktur penelitian pada stasiun radio
televise CBS yang dikemudian hari menjadi presiden badan itu. Dengan dukungan
Stanton pada tahun 1935, ia pindah ke New York dan mendirikan “Bureau of
Applied Social Research”.
Hubungan
yang erat antara industri media Amerika dengan lembaga penelitian Lazarsfeld,
membuat penelitian perorangan yang dilakukannya menjadi kegiatan perusahaan
dengan tim peneliti yang banyak. Dengan demikian, penelitian menjadi bergantung
pada dana yang disediakan.
Lazarsfeld
segera beralih dari penelitian radio siaran ke penelitian media lainnya dan
pada studi masyarakat lokal tertentu di mana menimbulkan pengaruh. Dengan
bantuan dari Time Life Cooperation, Lazarsfeld menyelenggarakan suatu
penelitian yang penting tentang pemilihan presiden pada tahun 1940. Para
peneliti dari Bureau od Applied Social Research melakukan wawancara
berulangkali dengan 600 warga Erie Country, Ohio untuk mengerahui peranan media
massa dalam mengubah pemilihan suara. Ditemukan hanya sedikit pengaruh langsung
yang menyebabkan Lazarsfeld dan kawan-kawannya mengemukakan dalil “two step
flow communication”, arus komunikasi dua tahap, di mana medua massa
mempengaruhi pemuka pendapat (opinion leader) yang pada gilirannya mempengaruhi
individu-individu lainnya. Proyek Erie County menimbulkan
tradisi penelitian tentang pengaruh terbatas (limited effect)
sebagai salah satu dari media lainnya yang mempengaruhi perilaku manusia,
tetapi tidak merupakan pengaruh yang amat kuat.
Dari
buku itu diketahui bahwa pengaruh media jauh lebih kecil daripada jaringan
antar pribadi. Pernyatan pokok tentang pandangan pengaruh terbatas terdapat
dalam buku karya Yoseph Klapper berjudul “The Effect of Mass Communication”,
suatu sintesis mengenai studi pengaruh media yang diselesaikan oleh Klapper
pada tahun 1949 sebagai disertasi doktoralnya di bawah bimbingan Lazarsfeld.
(Rogers dalam Effendy, 2003:21)

Carl Hovland
Hovland
memperoleh gelar Ph D dalam bidang psikologi eksperimental di Universitas Yale
sebagai anak didik Clark Hull, seorang ahli psikologi kenamaan. Oleh pakar,
Hovland dinilai sebagai “boy wonder” dalam psikologi eksperimental. Pada usia
32 tahunia telah menulis banyak artikel yang dimuat dalam “Journal of
Experimental Psychology”, berbeda dengan sarjana psikologi lainnya seusia
dia.
Tetapi,
seperti bapak ilmu komunikasi lainnya, karier Hovland mengalami perubahan yang
tidak diduga sebelumnya. Ketika Perang Dunia II meletus, professor muda itu
dipanggil Washington untuk bekerja di Departemen Peperangan Amerika Serikat
(kini Departemen Pertahanan). Ia ditugaskan untuk meneliti pengaruh film perang
terhadap moral perjuangan.
Hovland
merancang suatu eksperimen dengan film mengenai latihan ketentaraan utnuk
menguji teori kredibilitas sumber (source credibility),
penyajian satu sisi lawan dua sisi (one-sided versus two-sided presentation),
himbauan rasa takut, dan efek langsung lawan efek tertunda. Variabel terikat
dalam penelitiannya itu adalah persuasi (yakni derajat perubahan sikap dari
prajurit yang dijadikan respondennya). Transisi subjek penelitian dari tikus
pada manusia sebagai subjek eksperimel mengubah Hovland dari psikolog
eksperimental menjadi psikolog sosial dengan minat fundamental kepada efek
komunikasi. (Rogers dalam Effendy, 2003: 22)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar